Event Report Wine Appreciation Class by Hatten Wines Denpasar

By widia kusuma dewi - April 27, 2018

Beberapa hari yang lalu kalau kalian lihat Instagramku, di story dan timeline aku posting kegiatan minum wine. Wah, sosialita sekali ya emak satu ini. Eits,, jangan heran dulu ini bukan sembarang sekedar minum wine. Tapi kita belajar tentang wine appreciation. Bingung kan?


Oya, ada sih yang nanya wine aman ga sih buat menyusui secara aku lagi nyusuin baby yang umurnya hampir 1,5 tahun. Sebelum ikut event ini aku searching dulu dong baru kemudian sudah tau kebenarannya, aku lolos seleksi diri sendiri. Menurut sumber di mbah Google sebagian besar menyatakan aman asal ngga minum sampe ke botol-botolnya. Hahaha… Maksudnya ga banyak-banyak yaa paling untuk icip-icip aja sebagai pelampiasan keinginan. Baby kan udah gede juga ya dan dengan jumlah wine yang sedikit ngga mempengaruhi kualitas ASI.


Wine Appreciation Class merupakan kelas bergengsi dan ngga mudah yaa jika orang sekedar iseng ikut event ini secara kelas ini mahal. Tapi untuk yang bener-bener ingin mendalami wine, pairing wine with other food, chef, cocok banget ikutan di wine appreciation class ini. Event yang aku ikuti bersama teman-teman Bali Beauty Blogger,  yang ngga cuma dibalik makeup tapi ingin belajar juga tentang lifestyle. Thank you banget udah dikasih kesempatan dalam acara ini.


Acara dilaksanakan pada tanggal 13 April 2018 pukul 2 siang bertempat di Hatten Wines Bali. Hatten Wines merupakan produsen wine lokal di Bali yang berdiri pada tahun 1994. Beberapa jenis anggur yang digunakan dibudidayakan di daerah Singaraja, Bali. Masih satu perudsahaan dengan Dewi Sri Company, pembuat Arak Bali dan Brem Bali.


Disambut dengan Ms. Sheila, aku registrasi kedatangan dulu dan langsung diberikan wine sebagai welcome drink. Jujur aku baru pertama kali minum wine jadi ngga tau nama wine juga. Heheh. Setelah personil lengkap, kami diajak berkeliling kantor Hatten Wines. Kaget juga ya ternyata disana ruangannya banyak, tempatnya luas dan nyaman banget. Dari beberapa ruangan disana terdapat ruang tunggu, classroom, meeting room, dan banyak lagi. Sedangkan ruangan untuk wine class seperti ruang pertemuan terbuka yang ada di lantai 2. Jika kalian berada disana aku yakin stok foto udah ratusan karena Instagramable banget.


Wine Appreciation Class ini termasuk yang santai karena pembicaranya asik banget, namanya Mrs. Widya. Okay langsung aja melihat meja yang besar udah tertata rapi gelas-gelas wine yang sudah berisi wine yang berbeda-beda. Setiap satu orang akan mendapat 6  gelas wine dan satu gelas air putih. Feel free to recharge bila habis. Tapi jangan banyak-banyak,  malu dikira doyan haha.. Semua gelas sudah berisi nama wine masing-masing.


Dari kiri ke kanan :
- Sparkling Tunjung
- Chardonnay
- Alexandria
- Phinot Noir
- Shiraz


Sedangkan gelas yang tidak berisi nama di belakang adalah Pinot Noir. Sengaja ditaruh di belakang karena ada yang membedakan, yaitu ukuran gelas. Gelas wine dibuat dengan campuran kristal dan harus dicuci dengan air panas. Fungsi air panas adalah untuk menghilangkan kotoran atau bekas sisa-sisa wine dalam gelas. Selanjutnya wine tersebut akan dipasangkan dengan beberapa saus dan makanan. Disini juga kita bebas untuk menentukan apakah jenis wine satu dan lainnya cocok dengan makanan jenis ini. 

Penting banget tau gimana cara memegang gelas wine biar ngga terkesan ndeso. Nah, untuk gelas wine dipegang di bagian tangka bukan di bagian bodynya. Selain tampak elegant, ternyata ada pengaruhnya ke wine itu sendiri. Suhu tubuh kita akan mempengaruhi suhu dan kualitas wine.

Untuk gelas wine ternyata ada banyak banget ya. Ada yang slim hingga large body. Ternyata ukuran gelas dan ukuran lingkaran gelas mempengaruhi rasa wine itu sendiri loh. Contohnya Pinot Noir yang ditaruh di dua gelas berbeda. Yang satunya tangkai gelasnya agak tinggi dan bodynya agak bulat. Penting untuk diketahui bila wine disajikan dingin memang dari botolnya yang dimasukkan dalam lemari pendingin. Bila dimasukkan es batu ke dalamnya, wine menjadi tidak enak lagi. 

Sebelum menikmati wine ada baiknya kita mengetahui bagaimana tekstur, rasa dan penampakan wine. Salah satu wine yaitu Sparkling Tunjung menimbulkan bunyi berisik bila didekatkan ke telinga. Kita bisa melihat juga cairan meletup seperti minuman soda. Masing-masing wine memiliki ciri khas, aroma dan warna yang berbeda. Bila kalian mencium aroma wine yang seperti aroma buah misalnya apel, jeruk, dan lainnya berarti wine itu dalam kondisi bagus. Padahal komposisi wine adalah anggur ku sempat mencium aroma jeruk sunkist di salah satunya. Lalu untuk red wine jika diletakkan di atas tulisan. Jika masih terlihat tulisannya maka wine termasuk light atau medium body. Jika tulisan tidak terlihat maka wine dikelompokkan dalam full body. 

Mula-mula kami belajar untuk minum wine dengan menggoyangkan gelas wine dan meminumnya dengan 2 cara,  yaitu diteguk langsung dan dikulum dahulu. Kedua cara tersebut memiliki perbedaan besar dalam hal rasa dan kenikmatan dari wine tersebut. Sebagian besar wine yang aku rasakan memang ketika dikulum dahulu rasanya tidak setajam bila langsung diteguk. Hangatnya wine juga pelan-pelan terasa dari mulut, tenggorokan lalu ke dada.  Oh ya tadi aku bilang menggoyangkan gelas wine. Fungsinya adalah dari beberapa wine kadang aromanya mengendap di dasar gelas. Ketika digoyangkan aroma khas akan tercampur dan wine akan terasa nikmat. 

Yang ditunggu akhirnya tiba. Waktunya memasangkan wine dengan makanan. Di atas piring sudah tertata ada garam, gula, butter, saus rendang, bumbu sate, dan saus bali (kari). Dan tidak lupa ada 3 macam daging, yaitu ayam, ikan dan sapi.


Dari beberapa pasangan wine dengan makanan tersebut, aku menyimpulkan bahwa :
- Sparkling Tunjung dengan garam dan gula akan terasa asam. Namun dengan semua bumbu cocok dipasangkan. Untuk perdagingan dia masih cocok juga ngga menimbulkan rasa asam berlebih. 
- Chardonnay dengan semua bumbu tampaknya tidak bersahabat ya. Big no di aku. Tetapi untuk daging protein seperti sapi dia cocok tuh. 
- Alexandria yang favorite buat aku. Cocok banget diasangkan dengan semua bumbu. Untuk daging juga no problem.
- Pinot Noir untuk bumbu sate enak banget ya. Tapi tidak untuk ketiga bumbu lainnya. 
- Shiraz untuk butter dan sate sih masih oke. Hanya saja untuk bumbu rendang atau yang spicy dia ngga cocok.
Jadi intinya Red Wine ngga mudah dipasangkan dengan spicy food. Akan merusak rasa dan bila suka sih boleh aja dicoba. Taste memang beda-beda tiap orang. 


Hatten Wines bekerja sama dengan badan amal yang didirikan pada tahun 2011, yaitu SoleMen Indonesia. Badan amal yang didirikan oleh Robert Epstone dari Leeds, Inggris ini berfokus untuk membantu masyarakat kurang beruntung dan tertinggal di Bali. Dari segi kesehatan, makanan dan bantuan lainnya diharapkan komunitas amal lainnya dan pemilik bisnis untuk bergabung dalam kegiatan ini. 

Hatten Wines Bussiness Development Head Richard Collin, SoleMen Founder Robert Epstone, Tamara Bleszynski

SoleMen Indonesia telah menghasilkan koleksi barang-barang cantik seperti Sole Teddy, buku, dan produk lainnya yang membantu mereka dalam menghasilkan pendapatan yang sangat dibutuhkan dalam kegiatan amal.


Sukses selalu untuk Hatten Wines dan SoleMen Indonesia. Buat kalian pecinta wine dan ingin bergabung dalam kegiatan ini bisa hubungi Hatten Wines. Jadi setelah penjelasan panjang lebar di atas, bagaimana pendapat kalian? Apakah tertarik untuk mencoba wine? Hoho..

The Cellardoor 
Jl. By Pass Ngurah Rai No. 393 Sanur - Bali 80228 
T. +62 361 472 1377 
F. +62 361 472 1277 

Jl. Benda No. 1F Kemang, Jakarta


  • Share:

You Might Also Like

0 komentar

Hai,, komentar yang masuk tidak di filter kok. Harap komentar tanpa menyinggung SARA ya. komentar promosi akan dihapus. thanksss